Pemahaman stock split saham sangat penting bagi perusahaan untuk mengoptimalkan struktur modal dan daya tarik saham, serta bagi investor dalam merumuskan strategi investasi. Artikel ini akan mengupas definisi, tujuan, dampak, regulasi di Indonesia, studi kasus, dan meluruskan mitos umum.
Mengapa Stock Split Saham Penting?
Stock split atau pemecahan saham, adalah aksi korporasi yang menarik perhatian perusahaan dan investor di pasar modal. Meskipun sering dianggap “kosmetik” karena tidak mengubah nilai fundamental perusahaan, stock split memiliki implikasi strategis. Di Indonesia, emiten seperti CUAN, Indosat, DCII, HILL, dan SAMF baru-baru ini melakukan atau mempertimbangkan stock split.
Edukasi akurat krusial karena studi empiris menunjukkan kontradiksi dampak pada stock return dan adanya kesalahpahaman di kalangan investor.
Konsep Dasar Stock Split Saham

1. Definisi dan Mekanisme Kerja Stock Split
Stock split adalah aksi korporasi di mana perusahaan meningkatkan jumlah saham beredar dengan memecah setiap saham yang ada menjadi beberapa saham baru, dengan rasio tertentu (misalnya 2-untuk-1, 3-untuk-1).
Harga per saham akan berkurang secara proporsional, namun nilai nominal saham dan total kapitalisasi pasar perusahaan tetap tidak berubah.
Ini seperti memotong pizza menjadi lebih banyak irisan tanpa mengubah ukuran keseluruhan pizza.
Investor akan memiliki jumlah saham yang berlipat ganda dengan harga per saham yang lebih rendah, namun nilai keseluruhan portofolio mereka tetap sama.
2. Perbandingan Stock Split vs. Reverse Stock Split
Reverse stock split adalah kebalikan dari stock split, di mana perusahaan mengurangi jumlah saham beredar dengan menggabungkan beberapa saham lama menjadi satu saham baru, sehingga harga per saham meningkat.
Stock split umumnya sinyal positif untuk pertumbuhan, meningkatkan likuiditas dan aksesibilitas. Sebaliknya, reverse stock split sering dilakukan untuk memenuhi persyaratan harga minimum bursa atau menarik investor institusional, dan dapat mengindikasikan kesulitan finansial.
Baca Juga: 7 Alasan Kuat Kenapa Perlu Berinvestasi Saham Sumber
Tujuan dan Manfaat Perusahaan Melakukan Stock Split

1. Meningkatkan Likuiditas dan Aksesibilitas Saham bagi Investor Ritel
Harga saham yang terlalu tinggi dapat menghalangi investor ritel. Dengan menurunkan harga per saham, stock split membuat saham lebih terjangkau, meningkatkan volume perdagangan dan likuiditas.
Ini juga dapat mengubah saham odd lot menjadi round lot, memudahkan partisipasi investor ritel.
2. Sinyal Positif dari Manajemen tentang Prospek Pertumbuhan Perusahaan
Stock split sering terjadi setelah kenaikan harga saham yang signifikan, menandakan keyakinan manajemen terhadap prospek pertumbuhan dan profitabilitas masa depan. Ini meningkatkan sentimen investor dan memperkuat citra perusahaan.
3. Menjaga Harga Saham dalam Rentang Perdagangan yang Optimal
Perusahaan sering ingin menjaga harga saham dalam rentang yang menarik (misalnya $50-$300 di pasar global).
Stock split menjadi alat strategis untuk mengembalikan harga saham ke rentang yang diinginkan setelah apresiasi signifikan, menjaga daya tarik saham di pasar.
Baca Juga: Strategi Jitu Mengoptimalkan Diversifikasi Aset
Dampak Stock Split terhadap Investor dan Perusahaan

1. Pengaruh pada Harga Saham, Kapitalisasi Pasar, dan Nilai Investasi (Fakta vs. Mitos)
Stock split tidak mengubah total kapitalisasi pasar perusahaan atau nilai total investasi pemegang saham. Harga per saham akan turun proporsional, tetapi jumlah saham meningkat proporsional, sehingga nilai portofolio tetap sama.
2. Dampak pada Volume Perdagangan dan Bid-Ask Spread
Stock split cenderung meningkatkan volume perdagangan saham karena harga yang lebih rendah menarik lebih banyak investor. Peningkatan likuiditas ini sering menurunkan bid-ask spread, membuat transaksi lebih efisien.
3. Aspek Psikologis Stock Split pada Investor Ritel
Harga saham yang lebih rendah setelah stock split secara psikologis terasa “lebih murah” bagi investor ritel, memicu peningkatan permintaan meskipun nilai intrinsik tidak berubah. Ini adalah ilustrasi behavioral finance, di mana bias kognitif memengaruhi keputusan investor.
4. Pengaruh pada Pembayaran Dividen
Dividen per saham akan berkurang secara proporsional setelah stock split. Namun, total dividen yang diterima investor (karena jumlah saham bertambah) akan tetap sama jika kebijakan pembayaran dividen perusahaan tidak berubah.
Contoh Indosat (ISAT) menunjukkan dividen per saham anjlok, namun yield dividen justru meningkat.
Regulasi dan Prosedur Stock Split di Indonesia
1. Peran Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia
OJK dan IDX adalah regulator utama pasar modal Indonesia, memastikan transparansi dan perlindungan investor dalam aksi korporasi seperti stock split. OJK mengeluarkan Peraturan OJK No. 15/POJK.04/2022, diikuti Peraturan IDX No. I-I pada April 2024 untuk prosedur stock split dan reverse stock split.
2. Persyaratan dan Proses Pelaksanaan Stock Split sesuai Peraturan yang Berlaku
Untuk stock split, perusahaan tercatat harus:
- Persetujuan Prinsip dari IDX: Diajukan setidaknya 10 hari perdagangan sebelum pengumuman RUPS.
- Keterbukaan Informasi: Wajib diungkapkan kepada publik pada hari yang sama dengan pengumuman RUPS.
- Persetujuan RUPS: Usulan harus disetujui RUPS.
- Implementasi: Dilaksanakan selambat-lambatnya 30 hari setelah RUPS.
Persyaratan spesifik IDX meliputi: harga penutupan rata-rata saham harus menghasilkan setidaknya IDR100 setelah split, laporan penilaian jika saham ditangguhkan, dan rasio split tidak boleh menghasilkan saham odd-lot.
3. Larangan dan Pengecualian dalam Pelaksanaan Stock Split
Perusahaan dilarang stock split setidaknya 24 bulan sejak IPO, atau 12 bulan sejak rights issue, private placement, atau stock split sebelumnya. Pengecualian berlaku untuk lembaga jasa keuangan atau perusahaan yang menjalani restrukturisasi.
Studi Kasus Stock Split Emiten di Bursa Efek Indonesia
Analisis Kasus Terkini (CUAN, Indosat, DCII, HILL, SAMF)
- CUAN: Rencana stock split sempat mundur, RUPSLB ditunda. Harga saham melonjak >2.000% sejak IPO.
- Indosat (ISAT): Setelah stock split 1:4, dividen per lembar anjlok, namun yield indikatif meningkat menjadi 4%.
- DCII: Saham termahal di bursa, manajemen jajaki stock split untuk tingkatkan likuiditas setelah saham melonjak 31,82%.
- HILL: Stock split 1:5 disetujui dan dieksekusi, saham naik 5 kali, menambah likuiditas.
- SAMF: Saham menguat setelah rencana stock split 1:2 disetujui.
Tinjauan Hasil Studi Empiris Mengenai Dampak Stock Split di BEI
Studi empiris di BEI menunjukkan dampak bervariasi pada stock return, namun konsisten pada peningkatan likuiditas.
- Dampak Return Saham: Beberapa studi menemukan tidak ada perbedaan signifikan pada stock return, sementara yang lain menemukan perbedaan signifikan atau bahkan penurunan abnormal return setelah split. Ini menunjukkan stock split bukan jaminan kenaikan harga.
- Peningkatan Likuiditas: Sebagian besar studi konsisten menunjukkan perbedaan signifikan pada Bid-Ask Spread dan Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah stock split, mengindikasikan peningkatan likuiditas.
Mitos dan Fakta Seputar Stock Split Saham
1. “Stock Split Membuat Saham Lebih Berharga” atau “Meningkatkan Kekayaan Investor”
Ini adalah mitos. Stock split tidak menambah nilai intrinsik perusahaan atau meningkatkan kekayaan pemegang saham. Kapitalisasi pasar tetap sama.
2. “Harga Saham Pasti Naik Setelah Stock Split”
Anggapan ini salah. Kenaikan harga yang terjadi sering didorong faktor psikologis, bukan fundamental. Studi empiris menunjukkan hasil bervariasi, bahkan penurunan abnormal return.
3. “Dividen Akan Berlipat Ganda Setelah Stock Split”
Dividen per saham akan disesuaikan proporsional dengan rasio split. Total dividen yang diterima (jika kebijakan tidak berubah) akan tetap sama. Fokus harus pada yield dividen total.
Stock split saham adalah aksi korporasi yang memengaruhi likuiditas dan persepsi pasar, meskipun tidak mengubah nilai fundamental. Perusahaan melakukannya untuk meningkatkan aksesibilitas saham, menjaga harga optimal, dan memberi sinyal positif.
Namun, ada kesalahpahaman umum tentang dampaknya pada harga saham atau dividen. Studi empiris menunjukkan peningkatan likuiditas, tetapi dampak pada stock return bervariasi.