Masih banyak masyarakat yang ragu kenapa perlu berinvestasi saham? Artikel ini akan menjawab pertanyaan tersebut dengan tujuh alasan mendasar, didukung data aktual dan strategi praktis.
Dalam lima tahun terakhir, jumlah investor saham di Indonesia melonjak signifikan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga 2023, terdapat lebih dari 12 juta investor pasar modal naik 20% dari tahun sebelumnya. Tren ini tidak hanya didorong oleh kemudahan akses teknologi, tetapi juga kesadaran akan potensi keuntungan jangka panjang.
1. Potensi Return Mengalahkan Instrumen Investasi Lain
Perbandingan Return Saham vs. Deposito dan Emas
Saham dikenal sebagai instrumen investasi dengan return tertinggi dalam jangka panjang. Menurut riset Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata return saham di Indonesia mencapai 12-15% per tahun, jauh di atas deposito (3-5%) atau emas (6-8%). Contohnya, Indeks LQ45—kumpulan 45 saham likuid—tumbuh 120% dalam dekade terakhir, sementara harga emas hanya naik 68% dalam periode sama.
Contoh Historis Kinerja Saham di BEI
Pada 2015-2020, saham Unilever Indonesia (UNVR) memberikan capital gain hingga 200%, belum termasuk dividen tahunan rata-rata 3-4%. Bandingkan dengan deposito berjangka yang hanya menghasilkan bunga tetap, tanpa potensi kenaikan harga.
2. Likuiditas Tinggi untuk Akses Dana Mendesak
Kemudahan Jual-Beli Saham Harian
Saham adalah aset likuid. Anda bisa menjualnya kapan saja selama jam pasar (Senin-Jumat, 09.00-15.00 WIB). Data BEI menunjukkan, rata-rata volume transaksi harian mencapai Rp 10-15 triliun, memastikan proses jual-beli cepat tanpa hambatan.
Perbandingan dengan Investasi Properti
Berbeda dengan properti yang membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk dijual, saham bisa dikonversi menjadi uang tunai dalam hitungan menit. Ini ideal untuk kebutuhan darurat atau mengambil peluang investasi baru.
3. Perlindungan Terhadap Inflasi Jangka Panjang
Data Inflasi Indonesia vs. Kenaikan Harga Saham
Inflasi Indonesia rata-rata 3-4% per tahun. Jika Anda menyimpan uang di tabungan dengan bunga 2%, nilai uang Anda tergerus inflasi. Sebaliknya, saham perusahaan seperti Bank Central Asia (BBCA) tumbuh 18% per tahun (2018-2023), mengalahkan inflasi dan meningkatkan daya beli.
Studi Global tentang Saham dan Inflasi
Penelitian Morningstar (2022) membuktikan, dalam 30 tahun terakhir, saham global menghasilkan return 10% per tahun—dua kali lipat dari rata-rata inflasi dunia. Ini menunjukkan saham sebagai tameng efektif melawan kenaikan harga.
4. Diversifikasi Portofolio untuk Mengurangi Risiko
Contoh Diversifikasi di Pasar Saham Indonesia
Diversifikasi adalah kunci mengurangi risiko. Misalnya, alokasi dana ke saham sektor perbankan (BBCA), konsumer (ICBP), dan teknologi (EMTK) melindungi portofolio dari fluktuasi satu sektor. Indeks IDX80, yang terdiri dari 80 saham berkapitalisasi menengah, naik 10% pada 2023 meski terjadi resesi global.
Pentingnya Alokasi Aset
Menurut teori portofolio modern, kombinasi saham, obligasi, dan emas dalam rasio 60:30:10 mampu memaksimalkan return dengan risiko minimal. Saham berperan sebagai penggerak pertumbuhan utama.
5. Akses Mudah bagi Pemula Berkat Teknologi
Peran Aplikasi Investasi dan Broker Online
Platform seperti Ajaib, Stockbit, atau Bibit memungkinkan pembukaan rekening saham dalam 24 jam dengan modal awal Rp 100.000. Fitur edukasi dan analisis real-time memudahkan pemula mengambil keputusan.
Peningkatan Jumlah Investor Pemula di Indonesia
OJK mencatat, 65% investor saham baru pada 2023 berusia di bawah 35 tahun. Ini membuktikan bahwa saham semakin terjangkau dan diminati generasi muda.
6. Kepemilikan Bisnis dengan Modal Terjangkau
Contoh Perusahaan Terkenal di BEI
Dengan membeli saham, Anda menjadi pemilik sebagian dari perusahaan besar. Misalnya, saham Telkom Indonesia (TLKM) senilai Rp 10 juta memberi Anda hak atas dividen dan keputusan RUPS.
Dividen sebagai Passive Income
Perusahaan seperti Astra International (ASII) membagikan dividen Rp 300-500 per saham setiap tahun. Untuk portofolio 10.000 saham, ini setara Rp 3-5 juta/tahun passive income tanpa perlu bekerja aktif.
7. Edukasi Finansial dan Pengembangan Diri
Mempelajari Analisis Fundamental dan Teknikal
Investasi saham memaksa Anda memahami laporan keuangan, tren pasar, dan strategi manajemen risiko. Kemampuan ini berguna untuk pengambilan keputusan finansial sehari-hari.
Komunitas Investor dan Sumber Belajar
BEI menyediakan kelas online gratis, sementara komunitas seperti Sahamku dan Investor Muda Indonesia menjadi wadah bertukar ide. Pengetahuan ini meningkatkan literasi finansial yang minim di Indonesia (hanya 38% menurut Survei OJK 2022).
Dari potensi return tinggi hingga edukasi finansial, investasi saham menawarkan manfaat multidimensi. Dengan teknologi, pemula bisa memulai dengan mudah dan bertahap menguasai strategi. Jangan tunggu lama, daftar di platform broker tepercaya dan jadikan saham sebagai pilar keuangan masa depan Anda!